Rabu, 30 Maret 2016

3. STANDAR PELAPORAN & PENGUNGKAPAN SERTA PENERAPAN IFRS



STANDAR PELAPORAN & PENGUNGKAPAN SERTA PENERAPAN IFRS
Laporan keuangan merupakan bahasa yang digunakan oleh komunitas bisnis. Bahasa bisnis tersebut disusun berdasarkan standar akuntansi yang merupakan aturan-aturan pengukuran untuk laporan keuangan. Dalam perkembangannya, terdapat banyak dan berbedanya standar akuntansi yang berlaku sehingga menimbulkan masalah keterbandingan laporan keuangan. Kondisi ini tentu dapat dipahami karena dalam proses penyusunan standar akuntansi di suatu negara tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lokal suatu negara (Wolk et al., 2001: 4) mengatakan “economic conditions have an impact upon both political factors and accounting theory”. Hal ini yang menyebabkan standar dan praktik akuntansi di tiap-tiap negara terdapat perbedaan. Seiring dengan era globalisasi yang dimotori oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang mengubah dunia internasional menjadi sebuah global village/ borderless, sejak saat inilah masalah perbedaan standar akuntansi mulai timbul.
Kasus kebangkrutan Enron pada tahun 2001, yang merupakan salah satu raksasa energi Amerika Serikat dan kasus kebangkrutan Lehman Brothers pada tahun 2008, yang merupakan salah satu raksasa bank investasi Amerika Serikat, mempunyai dampak yang merugikan investor global dan perekonomian di seluruh dunia. Fakta menunjukkan bahwa salah satu penyebab kebangkrutan tersebut adalah masalah akuntansi yang disalahgunakan dan standar akuntansi yang kurang baik. Standar akuntansi yang kurang baik dan berbeda-beda mengakibatkan informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat dibandingkan, tidak relevan, tidak transparan bagi semua stakeholder. Kebutuhan akan likuiditas pasar uang dan modal di hampir semua negara dalam mensejahterakan rakyatnya menuntun mereka kepada kesatuan standar tunggal pelaporan akuntansi  berkualitas tinggi dan kerangka akuntansi berbasiskan prinsip, yang meliputi penilaian profesional yang kuat dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomi transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu, dan akuntansi terkait transaksi tersebut. Dengan demikian, pengguna laporan keuangan dapat dengan mudah membandingkan informasi keuangan entitas antarnegara di berbagai belahan dunia.
Kesemuanya itu telah disepakati dalam International Accounting Standards, yang lebih dikenal sebagai International Financial Reporting Standards (IFRS) yang diyakini memberikan manfaat sebagai berikut (1) Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional (enhance comparability), (2) Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi, (3) Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global, dan (4) Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
Konvergensi dapat diartikan sebagai suatu keadaan menuju satu titik pertemuan atau memusat. Konvergensi standar akuntansi pada dasarnya adalah penyamaan bahasa bisnis. Setiap negara memiliki lembaga pengatur standar pelaporan keuangan. Indonesia memiliki Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) sebagai satu-satunya standar yang diterima sebagai “bahasa bisnis” perusahaan-perusahaan di Indonesia. Amerika Serikat memiliki Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) yang dirilis oleh Financial Accounting Standard Board (FASB). Uni Eropa memiliki International Accounting Standard (IAS) yang dikeluarkan oleh International Accounting Standard Board (IASB) dan seterusnya. Setiap negara menggunakan standar pelaporan yang sangat mungkin divergen antara satu dengan yang lain. Tidak ada jaminan bahwa laporan-laporan keuangan yang disajikan di antara negara-negara yang berbeda tersebut dapat dibaca dengan bahasa yang sama. Perbedaan standar ini pada ujungnya juga akan menghambat para pelaku bisnis internasional dalam mengambil keputusan bisnisnya.
Sejauh ini yang leading menjadi standar acuan adalah International Financial Reporting Standards (IFRS) yang dikeluarkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). IASB adalah badan pengatur standar dari International Accounting Standards Committee Foundation, sebuah lembaga independen nirlaba internasional yang bergerak di bidang pelaporan keuangan yang berkedudukan di Inggris. Saat ini, lebih dari 100 negara telah diwajibkan atau membolehkan penerapan IFRS dan diperkirakan akan semakin banyak negara di dunia menggunakan IFRS. Bahkan 10 negara yang pasar modalnya sudah mendunia telah melakukan konvergensi ke IFRS, yaitu, Jepang, Inggris, Perancis, Kanada, Jerman, Hongkong, Spanyol, Switzerland, Australia, termasuk Amerika Serikat sudah menyatakan akan melakukan konvergensi ke IFRS. Untuk Indonesia, sejak revisi PSAK tahun 1994, IAI telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi standar PSAK kepada IFRS. Selanjutnya, harmonisasi tersebut diubah menjadi adopsi yang ditujukan dalam bentuk konvergensi. Sebagai langkah awal, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DASK-IAI) akan mengkonvergensikan PSAK secara penuh dengan IFRS melalui 3 tahapan, yaitu tahap adopsi, persiapan akhir, dan implementasi. Tahap adopsi dilakukan pada periode 2008-2011, meliputi aktivitas adopsi seluruh PSAK ke IFRS, persiapan infrastruktur, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku. Dengan demikian, konvergensi PSAK diharapkan dapat meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan dan mengurangi biaya penyusunan, meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan melalui peningkatan kualitas dan daya banding serta menyelaraskan dengan pengaturan yang berlaku secara internasional. 
Tentu saja bukan pekerjaan mudah untuk merujuk 62 standar yang dimiliki PSAK dengan 37 standar yang dimiliki IFRS. Saat ini masih terdapat perbedaan yang cukup besar antara PSAK dan IFRS, bahkan terdapat 20 standar PSAK atau 32% yang tidak dapat diperbandingkan. Jika dibandingkan dengan IFRS, masih terdapat perbedaan yang cukup signifikan meliputi financial instrument, investment property, business combination, property, plan and equipment, intangible assets, service concession agreement, presentation of fiinancial statement, leases, insurance contract, accounting for banking yang akan dihapus, exploration and evaluation of mineral assets, agriculture, dan accounting for reporting currencies serta perbedaan-perbedaan utama lainnya.
Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, kerangka kerja (framework) merupakan prinsip dasar dari IFRS. Kerangka dasar IFRS dimulai dengan asumsi dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Ada 2 asumsi dasar yang digunakan dalam IFRS, yaitu (1) Accrual basis adalah asumsi bahwa efek dari semua transaksi dan kejadian diakui apabila sudah terjadi/direalisasikan, bukan pada saat kas diperoleh atau dibayarkan; (2) Going concern adalah asumsi bahwa suatu usaha dijalankan untuk periode jangka panjang. Setelah asumsi dasar selanjutnya adalah karakteristik kualitatif dari suatu laporan keuangan yang meliputi understandability, reliability, comparability, relevance, constraints on relevant and reliable information, dan true and fair view/fair presentation. 
Karakteristik IFRS tersebut dapat diuraikan dalam 5 pendekatan dasar sebagai berikut. Pertama, pendekatan basis prinsip (principle-based approach) adalah pendekatan yang menempatkan penekanan lebih besar pada penafsiran dan penerapan prinsip-prinsip, dengan fokus khusus pada semangat prinsip yang diterapkan. Pendekatan ini menetapkan/mengatur IFRS hanya pada prinsipprinsip utamanya sehingga tidak memiliki standar-standar yang spesifik untuk industry.
3.1 Standar Pelaporan Keuangan & Pengungkapan
A.   Amerika Serikat
Komponen Laporan Keuangan tahunan perusahaan besar meliputi:
1.    Laporan Manajemen
2.    Laporan auditor independen
3.    Laporan keuangan utama
4.    Pembahasan dan analisis manajemen mengenai hasil operasi dan kondisi keuangan
5.    Pengungkapan kebijakan akuntansi dengan dampak yang paling kritis pada laporan keuangan
6.    Catatan pada laporan keuangan
7.    Perbandingan 5 atau 10 tahun data keuangan terpilih
8.    Data terpilih triwulan
B.   Belanda
Mutu pelaporan keuangan belanda sangat tinggi. Laporan keuangan yang sah harus diajukan dalam bahasa belanda, tetapi dalam bahasa inggris, jerman dan perancis juga dapat di terima. Laporan keuangan meliputi:
1.    Neraca
2.    Laporan laba
3.    Catatan
4.    Laporan direktur
5.    Informasi lain yang dianggap perlu
C.   Inggris
Pelaporan keuangan inggris adalah di antara yang paling komprehensif di dunia. Laporan keuangan meliputi:
1.    Laporan direktur
2.    Akun laba dan rugi dan neraca
3.    Laporan arus kas
4.    Laporan total keuangan dan kerugian yang diakui
5.    Catatan yang direferensikan dalam laporan keuangan
6.    Laporan auditor
D.   Jepang
Perusahaan yang  didirikan berdasarkan Commercial Code harus membuat laporan Statutory untuk disetujui pada rapat umum pemegang saham, meliputi:
1.    Neraca
2.    Laporan penghasilan
3.    Laporan bisnis
4.    Usul penggunaan saldo laba
5.    Daftar-daftar penunjang
E.   Jerman
Undang-undang akuntansi 1985 mengatur perbedaan akuntansi, auditing dan kebutuhan pelaporan keuangan sesuai dengan ukuran perusahaan bukan pda bentuk organisasi perusahaan. Ada tiga tingkatan ukuran: kecil, menengah dan besar. Yang didasarkan pada total neraca, total penjualan tahunan dan umlah karyawan. Perusahaan yang go public selalu digolongkan besar dan harus membuat laporan arus kas konsolidasi yang tidak di syaratkan pada perusahaan lain. Yang dilaporkan berdasarkan undang-undang ini adalah:
1.    Neraca
2.    Laporan penghasilan
3.    Catatan
4.    Laporan manajemen
5.    Laporan auditor

3.2 Penerapan IFRS
A. Amerika Serikat
Usaha konvergensi antara praktek akuntansi AS dan IFRS
1.    Metode akuntansi penggabungan usaha di AS sudah sama dengan di IFRS: menggunakan metode pembelian
2.    Goodwill yang timbul dari akuisisi di AS sudah sama dengan IFRS: dikapitalisasi dan diuji impairment-nya
3.    Pencatatan investasi dalam perusahaan asosiasi yang dimiliki 20%-50% di AS sudah sama dengan IFRS: metodeekuitas
4.    Penilaian asset di AS menggunakan biaya historis sedang di IFRS: biaya historis dan niali wajar
5.    Penyusutan asset tetap di AS sudah sama dengan di IFRS: manfaat ekonomik
6.    Penilaian pesediaan LIFO digunakan secara luas sedang di IFRS dilarang
7.    Akuntansi kemungkinan kerugian di AS sudah sama dengan di IFRS: di akrukan
8.    Leases keuangan di AS sudah sama denga di IFRS: dikapitalisasi
9.    Pajak tangguhan di AS sudah sama dengan di IFRS: diakrukan
10. Pencadangan untuk perataan penghasilan di AS sudah sama dengan di IFRS: tidak diadakan.
B. Belanda
Usaha konvergensi antara praktek akuntansi Belanda dan IFRS
1.    Metode akuntansi penggabungan usaha di Belanda sudah sama dengan di IFRS: menggunakan metode pembelian
2.    Goodwill yang timbul dari akuisisi di Belanda sudah sama dengan IFRS: dikapitalisasi dan diuji impairment-nya
3.    Pencatatan investasi dalam perusahaan asosiasi yang dimiliki 20%-50% di Belanda sudah sama dengan IFRS: metode ekuitas
4.    Penilaian asset di Belanda menggunakan biaya historis sedang di IFRS: biaya historis dan niali wajar
5.    Penyusutan asset tetap di Belanda sudah sama dengan di IFRS: manfaat ekonomik
6.    Penilaian pesediaan LIFO di Belanda diizinkan  sedang di IFRS dilarang
7.    Akuntansi kemungkinan kerugian di Belanda sudah sama dengan di IFRS: di akrukan
8.    Leases keuangan di Belanda sudah sama denga di IFRS: dikapitalisasi
9.    Pajak tangguhan di Belanda sudah sama dengan di IFRS: diakrukan
1. Pencadangan untuk perataan penghasilan di Belanda sudah sama dengan di IFRS: tidak diadakan.
C. Inggris
Usaha konvergensi antara praktek akuntansi Inggris dan IFRS
1.    Metode akuntansi penggabungan usaha di Inggris sudah sama dengan di IFRS: menggunakan metode pembelian
2.    Goodwill yang timbul dari akuisisi di Inggris sudah sama dengan IFRS: dikapitalisasi dan diuji impairment-nya
3.    Pencatatan investasi dalam perusahaan asosiasi yang dimiliki 20%-50% di Inggris sudah sama dengan IFRS: metode ekuitas
4.    Penilaian asset di Inggris menggunakan biaya historis sedang di IFRS: biaya historis dan niali wajar
5.    Penyusutan asset tetap di Inggris sudah sama dengan di IFRS: manfaat ekonomik
6.    Penilaian pesediaan LIFO di Inggris diizinkan  sedang di IFRS dilarang
7.    Akuntansi kemungkinan kerugian di Inggris sudah sama dengan di IFRS: di akrukan
8.    Leases keuangan di Inggris sudah sama denga di IFRS: dikapitalisasi
9.    Pajak tangguhan di Inggris sudah sama dengan di IFRS: diakrukan
1. Pencadangan untuk perataan penghasilan di Inggris sudah sama dengan di IFRS: tidak diadakan
D. Jepang
Usaha konvergensi antara praktek akuntansi Jepang dan IFRS
1.    Metode akuntansi penggabungan usaha di Jepang dengan pembelian dan pooling sedang IFRS metode pembelian
2.    Goodwill yang timbul dari akuisisi di Jepang dikapitalisasi dandan diamortisasi dan diuji impairment sedang di IFRS dkapitalisasi: dan di uji impairment
3.    Pencatatan investasi dalam perusahaan asosiasi yang dimiliki 20%-50% di Jepang sudah sama dengan IFRS: metode ekuitas
4.    Penilaian asset di Jepang menggunakan biaya historis sedang di IFRS: biaya historis dan niali wajar
5.    Penyusutan asset tetap di Jepang tax based sedang di IFRS: manfaat ekonomik
6.    Penilaian pesediaan LIFO di Jepang diizinkan  sedang di IFRS dilarang
7.    Akuntansi kemungkinan kerugian d Jepang sudah sama dengan di IFRS: di akrukan
8.    Leases keuangan di Jepang sudah sama denga di IFRS: dikapitalisasi
9.    Pajak tangguhan di Jepang sudah sama dengan di IFRS: diakrukan
1. Pencadangan untuk perataan penghasilan di Jepang sudah sama dengan di IFRS: tidak diadakan
D. Jerman
Usaha konvergensi antara praktek akuntansi Jerman dan IFRS
1.    Metode akuntansi penggabungan usaha di Jerman dengan pembelian dan pooling sedang IFRS metode pembelian
2.    Goodwill yang timbul dari akuisisi di Jerman dikapitalisasi dandan diamortisasi dan diuji impairment sedang di IFRS dkapitalisasi: dan di uji impairment
3.    Pencatatan investasi dalam perusahaan asosiasi yang dimiliki 20%-50% di Jerman sudah sama dengan IFRS: metode ekuitas
4.    Penilaian asset di Jerman menggunakan biaya historis sedang di IFRS: biaya historis dan niali wajar
5.    Penyusutan asset tetap di Jerman tax based sedang di IFRS: manfaat ekonomik
6.    Penilaian pesediaan LIFO di J Jerman diizinkan  sedang di IFRS dilarang
7.    Akuntansi kemungkinan kerugian di Jerman sudah sama dengan di IFRS: di akrukan
8.    Leases keuangan di Jerman sudah sama denga di IFRS: dikapitalisasi
9.    Pajak tangguhan di Jerman sudah sama dengan di IFRS: diakrukan
1. Pencadangan untuk perataan penghasilan di Jepang sudah sama dengan di IFRS: tidak diadakan

Sumber :
DR.F.Zebua. 2008. Akuntansi Internasional, Jakarta: Mitra Wacana Media
Heri Sukendar, W. 2009. KONVERGENSI STANDAR LAPORAN KEUANGAN  KE STANDAR PELAPORAN KEUANGAN INTERNASIONAL,  APA DAN BAGAIMANA. Journal The WINNERS , Vol. 10 No. 1. Jakarta. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Nusantara.  (diakses pada jam 19:34. 28/03/2016)

Tulisan Ini Adalah Salah Satu Bentuk Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Softskill Akuntansi Internasional.

Ditulis Oleh : R.Oktafiani
Dosen         : Jessica. B
Universitas Gunadarma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar